Jumat, 15 Mei 2009

ACARA 3 : PEMBUATAN PETA GARIS KONTUR

1. Judul : Pembuatan Peta Garis Kontur
2. Tujuan Instruksional Khusus
a. Dalam praktikum pembuatan peta kontur ini diharapkan mahasiswa/ praktikan dapat mampu membuat peta garis kontur dari penyebaran titik-titik ketinggian dan pola aliran sungai hasil pengukuran lapang (terestrial) pada suatu daerah.
b. Agar mahasiswa dapat membaca atau menelaah bentuk-bentuk medan atau relief
permukaan bumi berdasarkan peta kontur atau peta garis tinggi yang ada.

3. Dasar Teori.
Salah satu cara untuk membuat peta garis tinggi (peta kontur) yaitu dengan cara menarik garis yang mempunyai ketinggian yang sama dari data penyebaran titik-titik ketinggian pada suatu daerah. Penyebaran titi-titik ketinggian tersebut diukur secara terestrial dengan mengikatkan salah satu titik ketinggian tertentu dan titik ketinggian tersebut dihitung dari ketinggian di atas permukaan laut. Titik ketinggian tertentu tersebut dapat berupa titik trianggulasi, titik dasar teknik (TDT), titik puncak bukit, titik pada garis pantai sebagai titik nol (0 m) atau titik tertentu yang mempunyai nilai ketinggian. Dalam pelaksanaan pengukuran biasanya yang digunakan sebagai peta dasar untuk acuan ketinggian tempat adalah peta topografi atau peta rupa bumi. Karena kedua macam peta tersebut adalah peta yang lengkap yang memperlihatkan unsur-unsur alami dan unsur-unsur buatan manusia di atas permukaan bumi termasuk titik-titik ketinggian dan juga kontur-kontur dengan memperhitungkan skala peta yang digunakan.
Peta kontur adalah merupakan peta yang menggambarkan bentuk-bentuk medan/relief dari suatu wilayah yang digambarkan dengan garis yang mempunyai ketinggian yang sama (kontur). Karena kontur merupakan garis yang menghubungkan titik-titik dipermukaan bumi yang mempunyai ketinggian yang sama, maka antara garis kontur yang satu dengan kontur yang lain tidak akan saling berpotongan.
Dalam pembuatan peta kontur dapat dari data hasil pengukuran secara terestrial seperti dikemukakan di atas, tetapi juga dapat dilakukan dari hasil fotogrametris. Sebagai data dari praktikum acara ini adalah berupa penyebaran dari titik-titik ketinggian hasil pengukuran secara terestrial dan pola aliran sungai yang ada di wilayah tersebut. Sedang titik ketinggian sendiri adalah titik ketinggian dipermukaan bumi yang dihitung berdasarkan ketinggian di atas permukaan laut. Sedangkan harga nol (awal) ketinggian permukaan laut dihitung atau dimulai dari titik atau garis rata-rata antara pasang tertinggi dan surut terendah permukaan air laut pada pantai setempat. Banyak cara untuk menentukan titik ketinggian suatu tempat antara lain dengan alat altimeter, GPS, mengukur langsung dengan alat theodolit dari titik nol di pantai atau menggunakan data yang sudah ada titik-titk ketinggiannya yaitu peta topografi atau peta rupa bumi. Titik ketinggian tempat yang ada pada peta ini berupa titik trianggulasi, puncak bukit atau puncak gunung, titik ketinggian tempat tertentu yang dianggap penting dan juga menggambarkan garis kontur. Dari titik ketinggian yang ada tersebut, dapat digunakan sebagai titik ikat awal dari pengukuran yang dilaksanakan.
Disamping mengukur penyebaran titik-titik ketinggian tersebut, untuk membantu penarikan kontur perlu juga diukur atau dipetakan unsur-unsur alam (geografi) yang lain seperti pola aliran sungai, jalan, rawa dan lain-lain. Dari peta penyebaran titik-titik kontur dan unsur-unsur alam terutama pola aliran sungai di suatu wilayah sangat membantu arah penarikan kontur, karena bentuk relief atau bentuk medan ada kaitannya dengan pola aliran yang ada, dan terjadinya bentuk-bentuk relief atau bentuk medan yang ada salah satunya karena adanya kikisan air.
Dalam penarikan antara kontur yang satu dengan kontur yang lain didasarkan pada besarnya perbedaan ketinggian antara ke dua buah kontur yang berdekatan dan perbedaan ketinggian tersebut disebut dengan „interval kontur“ (contour interval). Untuk menentukan besarnya interval kontur tersebut ada rumus umum yang digunakan yaitu :

Interval Kontur = 1/2000 x penyebut skala (dalam meter).

Contoh : Peta kontur yang dikehendaki skalanya 1 : 5.000, berarti interval
konturnya : 1/2000 x 5.000 (m) = 2,5 m.
Dengan demikian kontur yang dibuat antara kontur yang satu dengan kontur yang lain yang berdekatan selisihnya 2,5 m. Sedangkan untuk menentukan besaran angka kontur disesuaikan dengan ketinggian yang ada dan diambil angka yang utuh atau bulat, misalnya angka puluhan atau ratusan tergantung dari besarnya interval kontur yang dikehendaki. Misalnya interval kontur 2,5 m atau 5 m atau 25 m dan penyebaran titik ketinggian yang ada 74,35 sampai dengan 253,62 m, maka besarnya angka kontur untuk interval kontur 2,5 m maka besarnya garis kontur yang dibuat adalah : 75 m, 77,50 m, 80 m, 82,5 m, 85m, 87,5 m, 90 m dan seterusnya, sedangkan untuk interval konturnya 5 m, maka besarnya kontur yang dibuat adalah : 75 m, 80 m, 85 m, 90 m , 95 m, 100 m dan seterusnya, sedangkan untuk interval konturnya 25 m, maka besarnya kontur yang dibuat adalah : 75 m, 100 m, 125 m, 150 m, 175 m, 200 m dan seterusnya.
Cara penarikan kontur dilakukan dengan cara perkiraan (interpolasi) antara besarnya nilai titik-titik ketinggian yang ada dengan besarnya nilai kontur yang ditarik, artinya antara dua titik ketinggian dapat dilewati beberapa kontur, tetapi dapat juga tidak ada kontur yang melewati dua titik ketinggian atau lebih. Jadi semakin besar perbedaan angka ketinggian antara dua buah titik ketinggian tersebut, maka semakin banyak dan rapat kontur yang melalui kedua titik tersebut, yang berarti daerah tersebut lerengnya terjal, sebaliknya semakin kecil perbedaan angka ketinggian antara dua buah titik ketinggian tersebut, maka semakin sedikit dan jarang kontur yang ada, berarti daerah tersebut lerengnya landai atau datar. Dengan demikian, dari peta kontur tersebut, kita dapat membaca bentuk medan (relief) dari daerah yang digambarkan dari kontur tersebut, apakah daerah tersebut berlereng terjal (berbukit, bergunung), bergelombang, landai atau datar.
4. Bahan dan Alat.
a. Peta penyebaran titik-titik ketinggian skala 1 : 20.000
b. Pensil dan penghapus.
c. Kertas kalkir.
d. Rapido ukuran 02, 03, 04, 05.
e. Sablon tegak ukuran 02, 03, 04, 05.
f. Sablon miring ukuran 02/03.
g. Penggaris, isolatape
h. Komputer
i. Scaner
j. Printer
k. Software Autodesk Map, Surfer 8, Microsoft office
l. Kertas HVS
5. Tahapan Pelaksanaan
Penyiapan data
a. Peta Penyebaran Titik Ketinggian skala 20.000 discan.
b. Buka program Autodesk Map, kemudian insert hasil scan tersebut.
c. Sesuaikan skala peta dengan skala Autodesk Map (sekala sebenarnya)
d. Digit titik-titik ketinggaian.
e. Ukur koordinat tiap titik ketinggian agar diketahui absis (X) dan ordinat (Y).
f. Masukkan daftar titik ketinggian (Z) beserta absis (X) dan ordinat (Y) ke dalam lembar kerja Excel.
g. Save as data tersebut ke type Text (Tab Delimited)
Menggunakan Surfer8
h. Buka program Surfer8
i. Pilih grid, data, pilih nama file Excel Txt yang tadi disimpan, OK.
j. Data Columns pilih X = columnA, Y = columnB dan Z = columnC, OK
k. Klik pilih file tadi, OK
l. Pada kontur level pilih level, muncul kotak dialog contour levels.
m. Masukkan titik ketinggian minimum dan titik ketinggian maksimum serta interval kontur, OK, OK.
Editing
n. Export file ke Autodesk Map.
Terjadinya kesalahan garis kontur karena data tidak lengkap. Sebagai contoh : antara titik ketinggian 236 dan 261 terdapat sungai yang artinya ketinggian sungai harus lebih rendah dari 261 maupun 236 tetapi hasil surfer antara 236 sampai 261.
o. Explode gambar.
p. Potong garis kontur yang melewati garis imajiner yang terbentuk antara dua titik ketingian terluar.
q. Rubah beberapa garis kontur yang dianggap perlu dengan memperhatikan alur sungai.
(catatan tidak perlu dilakukan jika data lengkap dan benar)
r. Print hasil editing.

6. Hasil Praktikum dan Pembahasan
6.1 Hasil Pratitikum
a. Laporan praktikum dengan isi meliputi : 1). Judul laporan : Praktikum Kartografi Acara III. 2).Tujuan Instruksional Khusus (TIK). 3). Dasar Teori. 4). Bahan dan Alat. 5). Hasil Praktikum dan Pembahasan. 6). Kesimpulan dan Saran.
b. Lampiran 1. Daftar koordinat titik ketinggian (X, Y , Z)
c. Lampiran 2. Peta kontur hasil Surfer8
d. Lampiran 3. Peta kontur dengan titik-titik ketinggian dan titik-titik interpolasi
e. Lampiran 4. Peta kontur hasil interpolasi
6.2. Pembahasan
Pembuatan Peta Garis Kontur diawali dengan mengamati peta penyebaran titik-titik ketinggian, kemudian ditentukan dulu interval kontur yang akan dibuat berdasarkan skala peta yang dikehendaki, yaitu pada praktikan nomor 4 dimana diperoleh skala peta 1 : 20.000, dengan demikian interval konturnya ,
Interval Kontur = 1/2000 x penyebut skala (dalam meter).
= 1/2000 x 20.000
= 10

Dalam pembuatan peta kontur praktikan menggunakan cara digital, yaitu menggunakan program surfer8 dan hasil interpolasi sebagai pembanding.

Surfer8
Data yang dibutuhkan dalam pembuatan peta kontur menggunakan surfer8 adalah perseberan titik ketinggian, yaitu koordinat X, Y dan Z. Pada Tujuan Instruksional Khusus Laporan ini butir 2.a disebutkan ’’mampu membuat peta garis kontur dari penyebaran titik-titik ketinggian dan pola aliran sungai hasil pengukuran lapang (terestrial) pada suatu daerah“. Artinya data perseberan titik ketinggian diperoleh dari pengukuran langsung (dalam hal ini dilakukan oleh orang lain, soal dari instruktur). Lengkap dan tidaknya data yang ada akan mempengaruhi hasil peta kontur dari program surfer8.
Angka ketinggian (koorinat Z) diketahui dalam peta persebaran titik ketinggian sedangkan absis dan ordinat dapat dicari dengan program Autodesk Map yaitu point id (identitas titik). Daftar koordinat X, Y dan Z terlampir.
Hasil yang diperoleh menandakan adanya kesalahan karena terdapat sungai yang melintasi bukit. Hal itu menunjukan bahwa persebaran titik ketinggian belum lengkap, yakni titik-titik ketinggian yang berada di tepi sungai. Misal antara koordinat
X
Y
Z
3003.963
2066.671
236
dan koordinat
X
Y
Z
3698.049
2024.396
261
terdapat alur sungai. Seharusnya alur sungai lebih rendah dari 261 maupun 236 namun hasil surfer8 di peroleh ketinggian sungai tersebut di atas 240 m.
Gambar 1. kurangnya data pada tepi sungai.
Interpolasi
Akhirnya pembuatan peta kontur dilakukan dengan cara interpolasi karena data tidak lengkap. Interpolasi dilakukan dengan menggunakan program Autodesk Map (digital) untuk mempermudah dan menghasilkan ketelitian. Contoh titik
X
Y
Z
1349.883
1031.198
224
dan titik
X
Y
Z
1082.498
1217.348
295
Gambar 2. titik-titik hasil interpolasi
Diukur jarak dari titik ketinggian 224 ke titik 295 adalah 325,8018 m. Interval ketinggian dari dua buah titik 295- 224 = 71 maka dapat ditentukan bahwa garis kontur yang melalui kedua titik tersebut mempunyai ketinggian 230, 240, 250, 260, 270, 280 dan 290 m. Untuk menghitung posisi titik yang dilalui garis kontur 230 diantara dua titik ketinggian tersebut dihitung menggunakan perintah skala referensi yaitu jarak referansi (295-224 = 71) dibagi jarak antara titik acuan dengan garis kontur (230-224 = 6), kemudian hasilnya dikalikan jarak titik ketinggian 224 dan 295, (6/71) x 325,8018.
Kemudian hubungkan antara titik- ketinggian yang sama. Antara garis kontur tidak ada yang berpotongan dan tidak ada garis kontur yang berhenti di tengah peta.
Memperhatikan alur sungai dalam pembuatan garis kontur. Alur sungai cenderung memiliki ketinggian yang lebih rendah dari daerah sekitarnya sehingga bentuk garis kontur akan menjorok ke arah hulu sungai. Sebagai catatan dalam penarikan garis kontur di daerah alur sungai pada bahan praktikum ini menggunakan perkiraan.
Selain dari garis sungai, pembuatan garis kontur sebaiknya diawali dari titik ekstrim yaitu titik puncak bukit dan dasar lembah. Garis kontur yang terbentuk tidak saling berpotongan. Garis kontur ada yang berupa kurva terbuka dan tertutup. Kurva terbuka diawali dari suatu titik ketinggian tertentu atau dari titik yang terletak segaris antara dua titik ketinggian.

Tidak setiap garis kontur dicantumkan angka ketinggian. Angka ketinggian dicantumkan setiap lima garis kontur misalnya pada interval 10 m yaitu 200, 250, 300 dan seterusnya.
Ujung garis kontur tidak selalu menempel pada garis tepi muka peta. Ujung garis kontu dibatasi oleh dua buah titik ketinggian terluar. Tidak diperkenankan menarik garis kontur tanpa adanya titik ketinggian sebagai acuan.Untuk mendapatkan peta kontur yang memiliki ujung garis kontur menempel pada garis tepi muka peta diperlukan beberapa titik ketinggian yang berada di luar garis tepi muka peta. Hal tersebut dimungkinkan pada peta kontur yang memiliki beberapa lembar peta.
Skala peta kontur ditentukan oleh tujuan dan kepentingan pembuatan peta.. Besarnya interval kontur akan berpengaruh dengan kenampakan topografi yang dapat direkam oleh sebuah peta. Sebagai contoh peta topografi Angkatan Darat untuk keperluan pertahanan akan berbeda dengan peta kontur untuk pembuatan waduk atau peta kontur untuk siteplane perumahan. Adapun luas daerah yang diukur dapat disiasati dengan lebar muka peta dan jumlah lembar peta.
Bentuk medan atau rilief
Menentukan titik ekstrim dengan cara memperhatikan persebaran titik-titik ketinggian pada peta. Titik ketinggian yang paling tinggi, dikelilingi oleh titik-titik yang lebih rendah disebut puncak bukit. Sedangkan titik yang dikelilingi oleh titik-titik ketinggian yang lebih tinggi disebut lembah. Puncak bukit biasanya berbentuk kurva tertutup kecuali terdapat pada pinggir peta sehingga sisi lain tidak terlihat dan kurva menjadi terbuka. Ada penampakan lain yang berbentuk seperti huruf X, Y, U atau V. Hal itu biasanya terdapat diantara dua buah bukit atau lebih. Daerah ini disebut lembah. Daerah ini biasanya memiliki mata air.
Kemiringan lereng dapat dilihat dari kerapatan garis kontur. Semakin rapat garis kontur berarti semakin curam lereng tersebut. Sebaliknya semakin renggang garis kontur semakin landai permukaan tersebut.
Alur sungai secara umum bisa menunjukan arah kemiringan kontur. Alur sungai mendapati daerah lebih rendah dibanding dengan daerah sekelilingnya yang tidak dilalui alur sungai sehingga bentuk garis kontur akan menjorok ke hulu. Kemudian garis kontur yang menjorok berlawanan alur sungai biasanya berbentuk bukit atau perbukitan.
Jalan yang dibuat manusia juga memiliki kecenderungan untuk mengikuti daerah yang relatif datar. Dapat dilihat pada garis jalan yang relatif lurus (stabil) merupakan daerah yang relatif datar atau landai. Sedangkan jalan yang nampak bergerigi menunjukan daerah tersebut memiliki kemiringan.
7. Alokasi Waktu Praktikum
- Alokasi waktu praktikum dalam acara 3 Pembuatan Peta Kontur ini adalah 2 (dua) kali pertemuan.
8. Pendalaman Materi
a. Apa yang dimaksud dengan kontur ?
b. Jelaskan apa yang dimaksud dengan interval kontur.
c. Dari peta kontur, apa yang dapat sudara baca / telaah terhadap kondisi daerah yang digambarkan ?
d. Untuk menentukan interval kontur ada rumus umumnya, Jelaskan bentuk rumusnya dan berikan contohnya.
e. Jelaskan bagaimana cara menarik garis kontur berdasarkan titik-titik ketinggian yang ada dan berikan contoh cara penarikannya.

Jawaban Pendalaman Materi.
a. Kontur adalah garis yang menghubungkan titik-titik dipermukaan bumi yang mempunyai ketinggian yang sama.
b. Interval Kontur (contour interval) adalah perbedaan ketinggian antara ke dua buah kontur yang berdekatan.
c. Dari peta kontur tersebut, kita dapat membaca bentuk medan (relief) dari daerah yang digambarkan dari kontur tersebut, apakah daerah tersebut berlereng terjal (berbukit, bergunung), bergelombang, landai atau datar. Alur sungai juga nampak pada peta kontur. Dari peta kontur juga dapat melihat titik-titik ketinggian yang saling terlihat.
d. Untuk menentukan besarnya interval kontur ada rumus umum yang digunakan yaitu :
Interval Kontur = 1/2000 x penyebut skala (dalam meter).

Contoh : Peta kontur yang dikehendaki skalanya 1 : 20.000, berarti interval
konturnya : 1/2000 x 20.000 (m) = 10 m.
e. Cara penarikan kontur dilakukan dengan cara perkiraan (interpolasi) antara besarnya nilai titik-titik ketinggian yang ada dengan besarnya nilai kontur yang ditarik, artinya antara dua titik ketinggian dapat dilewati beberapa kontur, tetapi dapat juga tidak ada kontur yang melewati dua titik ketinggian atau lebih. Lihat gambar 2.
9. Kesimpulan dan Saran
9.1. Kesimpulan
Ada korelasi antara data yang ada dengan hasil pembuatan peta kontur. Semakin lengkap data yang diambil semakin akurat peta kontur tersebut. Memang menarik garis kontur dapat dikatakan sebuah seni tetapi tidak luput dari faktor teknis bahkan dominan dalam menentukan ketelitian peta kontur. Hal itu dapat dijelaskan dengan data yang sama dua orang atau lebih akan menghasilkan gambar yang sama jika data yang diperoleh lengkap dan pembuat peta memililki kompetensi minimal standar.
Berdasarkan pengamatan dan pengetahuan praktikan bahwa peta penyebaran titik-titik ketinggian tersebut tidaklah lengkap, tidak layak untuk dibuat peta kontur yang baik. Dasar pernyataan tersebut adalah hasil yang diperoleh dari penggambaran peta kontur menggunakan Surfer8. Terdapat bukit-bukit kecil (seperti mata ikan) yang berada di tengah sungai, padahal jarang sungai melewati bukit kecuali adanya terowongan/ sungai bawah tanah seperti di daerah kars. Selain itu, titik-titik ketinggian yang ada tidak mewakili bentang lahan. Titik-titik ketinggian seharusnya mencakup titik-titik ekstrim yaitu titik tertinggi dan titik terendah setiap perubahan permukaan tanah. Sebagai contah banyak titik –di pinggir sungai yang berada diantara dua buah titik ketinggian yang berseberangan- yang tidak diketahui ketinggiannya.
Dasar teori penggambaran peta kontur sangat bermanfaat untuk analisis data persebaran titik ketinggian sekaligus mengoreksi ketelitian data tersebut. Penggambaran peta kontur secara manual akan mempertajam kemampuan praktikan dalam membaca atau menelaah bentuk-bentuk medan atau relief dari peta kontur. Sedangkan pembuatan kontur secara digital memiliki beberapa kelebihan yaitu mudah dan cepat pengerjaanya, kehalusan dan ketelitian yang tinggi.
Medan atau rilief yang digambar adalah daerah perbukitan.
Dalam pembuatan peta kontur ini praktikan tidak menggunakan alat-alat yang tercantum dalam butir 4. b, c, d, e, f dan g.
9.2. Saran
1. Perhatikan secara cermat persebaran titik ketinggian dan alur sungai serta jaringan jalan.
2. Carilah titik-titik ekstrim yaitu titik yang dikelilingi titik-titik yang memiliki ketinggian yang lebih tinggi atau sebaliknya suati titik yang dikelilingi titik-titik yang memiliki ketinggian yang lebih rendah.
3. Perhatikan ketinggian sungai, untuk ketelitian perlu adanya titik ketinggian sungai yang terletak segaris antara dua titik ketinggian yang berseberangan.
4. Dalam pengambilan data titik-titik ketinggian secara terestris sebaiknya menyesuaikan medan dengan metode pengukuran. Daerah yang berbukit menggunakan metode alur yaitu mengambil titik-titik ketinggian yang relatif sama mengelilingi bukit, lembah dan sungai. Sedangkan daerah relatif datar menggunakan metode griding yaitu membuat grid yang merata seperti jaring dengan jarak tertentu.
5. Pengalaman dalam mengukur titik-titik ketinggian pembuatan peta topografi maupun peta kontur akan mempermudah pembuatan peta kontur. Sebaliknya pengalaman pembuatan peta kontur akan meningkatkan kehati-hatian dalam pengukuran terestris dalam pembuatan peta kontur. Sebaiknya pratikum pembuatan peta kontur diawali dengan praktikum pengukuran leveling, atau waterpass.
6. Harus diingat bahwa penarikan garis kontur bukan semata seni melainkan juga teknis. Artinya untuk data yang sama akan dihasilkan gambar yang sama pada setiap praktikan. Seni dalam pembuatan peta kontur bukan dimaksudkan dalam penentuan titik-titik interpolasi yang akan dilalui garis kontur.
7. Perlunya keterkaitan dan kesinambungan antar mata kuliah yang diajarkan.
8. Penggunaan teknologi (software Autodesk Map dan Surfer8) yang mempermudah seyogyanya tidak mengurangi dasar teori praktikan.

KUNCI KEBAHAGIAAN

Terima kasih atas insprasinya, teman saya, Teguh Ujianto. *) http://www.facebook.com/profile.php?id=1740607068#/note.php?note_id=80761964494&ref=mf
Saya (Teguh Ujianto) sedang mencari jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan berikut, mohon dibantu menjawab।Pertanyaan berikut ini :

  1. Apa kaitan bersyukur dengan kebahagiaan?
  2. Apa yang harus dilakukan agar kita bahagia?
  3. Bagaimanakah agar kita selalu bisa bersyukur?
  4. Apa kaitan kebahagiaan dengan cita-cita?
  5. Bersyukurkah kita jika meninggalkan pekerjaan kita demi cita-cita?

Terimakasih atas bantuan Jawabannya

Heri Setiaji
Jogja, 12-05-2009
Siapa yang tidak inginkan kebahagiaan! Setiap insan pasti mendambakannya. Lalu bagaimana menemukan kebahagian?
Ibarat rumah, kebahagian memeliki pintu yang dapat dibuka dengan kunci. Pintu kebahagiaan adalah syukur dan kuncinya berupa ikhlas. Satu hal lagi, untuk memudahkan menemukan rumah kebahagian lihatlah menara kebahagian berupa cita-cita.
Cita-cita akan membawa kebahagiaan jika diupayakan dengan ikhlas dan hasilnya diterima dengan syukur.

Rabu, 29 April 2009

INVESTASI YANG BAIK

Heri Setiaji
Jogja, 29-04-2009

Siang yang terik ketika aku memasuki sebuah kantor. Ku temui seseorang yang berada di ruangan sempit tanpa AC. Dia temanku, teman SMP yang waktu itu suka curi-curi merokok dan pernah ketahuan guru BP. Masih ingat, dia dihukum dengan sebungkus rokok untuk dihisap tiga batang sekaligus. Rupanya hal itu tidak membuatnya jera, terbukti dia masih merokok sampai sekarang.

Terlepas dari kebiasaan buruknya tadi, saya menyukainya karena etos kerjanya yang tinggi. Seperti dulu semua tugas yang diberikannya diselesaikan dengan baik. Hingga di kantor, atasannya selalu memberikan tugas padanya terutama tugas-tugas penting yang harus segera diselesaikan meskipun tugasnya masih menumpuk.

Waktu itu hal yang menggelitik diriku adalah sekumpulan kertas yang ada dimeja terbang berantakan terhempas angin. Beberapa di antaranya sampai keluar ruangan melalui pintu dan jendela. Ku bantu dia memunguti kertasnya. Dia tidak mengeluh apalagi mengumpat, malah tertawa kecil, menertawakan dirinya sendiri. “inilah akibatnya aku tidak menginvestasikan waktuku” gumamnya.

Terpikir olehnya untuk menutup jendela namun menyayangkan waktu untuk beranjak dari kursi melangkah ke jendela dan pintu untuk menutupnya. Baginya waktu itu lebih bermanfaat untuk menyelesaikan kerjanya. Akhirnya dia harus memunguti kertas yang terlanjur berantakan dan menyusun kembali urutan kertas tersebut. Hal itu memakan waktu lama.

Hmm..., setelah kejadian teman saya baru mengerti pentingnya investasi. Nah pemahanan investasi menurutnya –teman saya tidak mau disebutkan namanya- adalah mengorbankan suatu hal untuk mendapatkan sesuatu yang lebi besar atau lebih bermanfaat. Baginya meluangkan waktu untuk menutup jendela dan pintu merupakan investasi agar tidak bertambahnya pekerjaan yang menyita waktu seperti yang ia alami.

Terbayang oleh saya, sebenarnya ada investasi yang jauh lebih menguntungkan bagi teman saya dalam kasus tersebut, yaitu menggeser asbaknya ke atas tumpukan kertas. Dia tidak perlu beranjak dari tempat duduknya untuk menutup jendela dan pintu. Hasilnya pintu dan jendela tetap terbuka, udara segar masih bisa masuk dan kertas tidak berantakan.

Investasi yang baik menurut saya mengandung pengertian bahwa suatu investasi yang menghasilkan –sudah menguntungkan- saat pertama dilakukan. Menggeser asbak ke atas tumpukan kertas dan membiarkan jendela terbuka misalnya. Contoh lain, saat membeli rumah/ tanah, investasi yang baik terjadi apabila saat membeli telah mendapat untung, misalnya harganya lebih murah dibanding harga pasar saat itu, atau dibeli dengan kredit dan suku bunga jauh di bawah inflasi serta disewakan, bukan karena membeli rumah dan berharap suatu ketika bisa dijual dengan harga mahal.

Senin, 27 April 2009

QUESIONEER PENGEMBANGAN SDM KELAS A

  1. Apa sich yang sebenarnya menjadi tujuan Saudara untuk mengikuti Program Diploma IV STPN?
    Agar anak-anak dekat dengan neneknya tanpa harus bapaknya ketinggalan perkembangannya.
    Untuk mendapat gelar sarjana dengan perimbangan kompetensinya।
  2. Berdasarkan pengalaman kerja di kantor Saudara, apakah lulusan program Diploma IV STPN sudah dianggap sebagai tenaga ahli pertanahan yg potensial (mampu bersaing dengan lulusan sarjana lain)?
    Setiap sarjana memiliki kompetensi masing-masing, sedangkan diploma memiliki keahlian dari beberapa bidang ilmu pengetahuan. Jadi wajar jika ilmunya tidaklah mendalam namun tetap merupakan formula yang dibutuhkan di kantor terutama untuk memimpin. Sedangkan tenaga ahli memang sebainya dari sarjana murni.
    Di kantor saya, SsiT dan SST sudah berkontribusi nyata menjadi Kepala Sub Seksi, A।Ptnh sudah menjadi Kepala Kantor dan Kepala Seksi, sedangkan Juru Ukur Ahli Pratama menjadi andalan di beberapa Seksi.
  3. Menurut Saudara setujukah dengan anggapan bahwa program Diploma IV SPTN hanya sebagai batu loncatan untuk menaikkan golongan? Apa alasan jawaban Saudara?
    Tidak dipungkiri daya tarik DIV STPN adalah naiknya golongan tanpa ujian penyetaraan.
    Masuk DIV STPN tidaklah mudah.
    Selama kuliah juga banyak pengorbanan –bandingkan perolehan materi dan relasi jika masih kerja di kantor.
    Masuk DIV STPN adalah pilian.
    Kesimpulan...?
  4. Pelatihan ini bertujuan untuk mengembangkan kualitas SDM dan meningkatkan passing grade kemampuan dan keterampilan kita sebagia mahasiswa, setujukah Saudara? Apa alasan Saudara?
    Setuju.
    Prioritas perlu.
    Ingatlah misi-visi STPN dan BPN RI.
    Akan jadi apakah lulusan DIV STPN, menejer atau tenaga ahli?
  5. Jika jawaban Saudara pada no.4 setuju, bagaimana upaya-upaya yang sebaiknya dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut untuk menghindari kebosanan selama kegiatan berlangsung? (misal perlu dibuat suatu komitmen yang mengikat semua peserta untuk tetap konsisten dalam mengikuti kegiatan di maksud)
    Tidak perlu paksaan mengikuti pelaihan.
    Tapi wajib ikuti responsi.
    Sistem kelas hanya untuk pengantar dan motivasi sedangkan pendalaman materi –teknis- menggunakan sistem kelompok tanpa terikat jadwal dan tempat tetapi tetap sesuai target.
    Berikan apresiasi/ pengargaan atas keberhasilan misalnya dengan dimuatnya dalam buletin SANDI atau menyalurkan lowongan kerja di hari libur।
  6. Ketika anda di kantor, pernahkah Saudara mengalami kesulitan dalam menjalankan tugas baik dari aspek administratif maupun teknis? (misal dalam hal penataan arsip, penyusunan anggaran, pengadaan barang dan jasa, penanganan sengketa dll)
    - Teknis : a. Kurang sarana dan prasarana kantor.
    b. Kurang kelengkapan data pada masyarakat.
    c. Sulitnya kerja sama tim, rekan kerja termasuk stakeholder
    d. Kebijakan pimpinan yang berubah, atau tidak sama antar pimpinan.
    e। Faktor kepentingan (uang)
  7. Selama Saudara di kantor, pernahkah/ bisakah melakukan pengukuran persil tanah dan melakukan pengolahan data/ pemetaan dalam bentuk manual maupun digital? - Bisa
  8. Pernahka Saudara menjadi trainer/ pelatih/ memberikan pengajaran kpd rekan Saudara di kantor?
    Pengukuran Bidang dan TS –metode manual- untuk anak honor
    Pengukuran Poligon Tertutup menggunakan theodolit semi digital pada kelas Teknologi Pertanian SMK N Rambah.
    Penggambaran Bidang, Kerangka Dasar Teknik dan Peta Bidang serta Surat Ukur pada anak honor
  9. Bersediakah Saudara menjadi trainer dalam kegiatan ini? Kegiatan atau program apa yang Saudara bisa?
    Tidak, karena hampir semua mahasiswa DIV STPN suda bisa!
  10. Kegiatan apa yang Saudara usulkan untuk diselenggarakan selain apa yang ada dalam program kita kali ini?
    - Majalah Dinding Angkatan di asrama.
    - Blog atau Web Angkatan.
    - Kunjungan ke Kantor Pertanahan.
    - Kunjungan ke PEMDA atau Dinas terkait (PBB, Kehutanan, Statistik dll)
    - Kunjungan ke Perguruan Tinggi kedinasan lain.
    - Kunjungan ke Perguruan Tinggi di bidang Hukum, Geodesi, Pertanian, Kehutana, Informatika dll।
    - Kunjungan ke SMU dan SMK Survey.
    - Pelatihan manejemen keuangan (finansial) dan wiraswasta।
  11. Kita kembalikan pada pertanyaan no.1, apakah Saudara untuk mengikuti Program Diploma IV STPN sudah Saudara raih? Hanya segitukah kemampuan kita ??????????
    Sudah tercapai.
    Belum tercapai, banyak materi yang pembahasannya tidak sesuai dengan harapan। Solusinya belajar mandiri.
  12. Beberapa aplikasi di bawah ini mana yang merupakan baru bagi diri anda?
    ........

Diisi oleh

Ttd

Heri Setiaji
Jogja, 28-04-2009

MAJU SELANGKAH, MELANGKAH BERARAH

Heri Setiaji
Batang, 28-04-2009

”Gantungkan cita-citamu setinggi langit.”
”Langkah seribu mil diawali dengan satu langkah”

Ada orang yang menjalani hidupnya apa adanya, bagai air mengalir.
Kelihatannya enjoy banget tapi kelak dia tak akan kemana-mana..
(air slalu nyari tempat rendah sih)

Ada juga orang yang memiliki cita-cita yang tinggi.
(hingga lehernya patah mendongak ke atas.)
Sayangnya, ketika hendak berupaya dia mengurungkan niatnya, tak mungkin katanya.
(bagai pungguk merindukan bulan)

Nah, aku punya cita-cita dan aku ngejalaninya satu tahap demi tahap.

Jumat, 24 April 2009

PROGRAM KERJA PRIBADI

Heri Setiaji
Jogja, 25-04-2009

Terima kasih saya sampaikan kepada teman साया, ibu guru Dian Widiningsih atas inspirasinya। *) http://widi-mtk।blogspot।com/2009/02/amal.html

Kembali mengingat dan menegaskan apa tujuan hidup saya. Apa itu hidup? Untuk apa kita hidup?

Tujuan-tujuan syar'i terhadap manusia di atas bumi, sebagaimana diisyaratkan oleh Al Qur'an dikumpulkan dalam tiga hal, sebagaimana disebutkan oleh Imam Ar-Raghib Al Ashfahani dalam kitabnya, "Adz-Dzarii'ah ilaa Makaarimisy-Syarii'ah," yaitu sebagai berikut:
1. Ibadah.
Sebagaimana firman Allah SWT:
"Dan tidaklah Aku menciptakan Jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku." (Adz-Dzaariyaat: 56)
2. Khalifah.
Sebagaimana firman Allah SWT:
"Sesungguhnya Aku akan menciptakan di bumi seseorang khalifah (Al Baqarah: 30)
3. 'Imaarah (memakmurkan bumi).
Sebagaimana firman Allah SWT
"Dialah (Allah) yang menciptakan kamu dari tanah dan menjadikan kamu pemakmurnya..." (Hud: 61) *)

Apa yang perlu saya lakukan untuk mencapai tujuan hidup saya? Menyusun program kerja pribadi, melaksanakan, mengevaluasi dan menyusun ulang perbaikannya.

Penyusunan program kerja diawali dengan pemahaman tentang tujuan –hidup.

Tiga hal tersebut saling terkait antara satu dengan yang lainnya. 'Imaarah (memakmurkan) ketika dilaksanakan dengan niat ikhlas, maka akan bernilai ibadah sekaligus melaksanakan tugas khilafah. Sedangkan ibadah dalam arti yang luas meliputi khilafah dan 'imaarah, dan tidak mungkin akan terwujud khilafah kecuali dengan adanya ibadah dan 'imaarah. *)

Berikutnya inventarisasi modal yang ada. Modal yang paling besar adalah waktu. Setiap yang hidup –apapun keadaannya- pasti memiliki waktu. Modal yang paling mahal berupa kesehatan, yang dapat dikaitkan dengan masa muda. Modal yang paling berharga yakni ilmu. Modal yang paling menunjang yaitu harta. Modal lainnya adalah keluarga, tetangga, saudara, teman, komunitas, masyarakat, bangsa negara dan dunia. Tetapi yang paling utama adalah modal iman, keyakinan akan ketuhanan Allah SWT.

Waktu sebagai modal yang besar namun sering dilupakan harus dimenej dengan baik. Jika sehari -24 jam- saya tidur dalam waktu 8 jam maka sisa waktu terjaga adalah 16 jam. Waktu bekerja –kuliah sekitar 8 jam juga, dengan asumsi mulai pukul 7.30 wib sampai 16.00 dan istirahat siang, makan dan sholat 30 menit. Delapan jam terakhir saya bagi menjadi 4 bagian yaitu ibadah, silaturahmi –termasuk rekreasi, pengembangan diri dan investasi.

Kesehatan semakin hari semakin berharga. Secara umum bertambah tahun bertambah banyak jenis penyakit yang ditemukan. Banyak penyakit aneh yang sebelumnya tidak dikenal menjadi deretan daftar yang harus diwaspadai. Apalagi beberapa diantaranya membutuhkan obat dan perlakuan –operasi maupun terapi- yang mahal, bahkan ada yang belum ditemukan obatnya. Secara pribadi, kesehatan saya juga akan menurun. Lambat laun tubuh akan semakin lemah dan rentan dengan penyakit. Penyakit yang pasti tidak dapat dihindari kecuali dengan mati adalah tua. Artinya semakin hari semakin banyak biaya yang akan saya keluarkan untuk tetap menjaga kesehatan. Jadi kesehatan termasuk modal yang harus diinvestasikan.

Ilmu sebagai sarana menyelesaikan masalah –menjawab tantangan-, baik berupa peluang maupun ancaman. Ilmu dapat mempermudah dan mempersingkat pelaksanaan kegiatan dan aktifitas hidup. Ilmu yang perlu dituntut digolongkan menjadi 2 yaitu ilmu agama dan dunia. Ilmu agama berupa tauhid, syariat, tarikat dan hakikat diperoleh dari kajian –ngaji : ngaweruhi jwo dan ibadah dalam arti khusus. Sedangkan ilmu dunia merupakan bagian ilmu yang menunjang kehidupan dunia yang sebenarnya diterapkan juga sebagai ibadah –dalam arti luas. Ilmu dunia akan menunjang pemahaman –kajian- dan pelaksanaan ibadah. Sebaliknya ilmu agama akan memberi arah dan rambu-rambu bagi pengembangan serta pemanfaatan ilmu dunia. Ilmu agama dan dunia bagaikan dua sisi mata uang, two sides of one coin.

Harta menjadi urat nadi dalam menjalani kehidupan dunia. Harta bukanlah segalanya namun sekarang segalanya membutuhkan harta. Harta dapat mendatangkan kebahagian bagi saya meskipun bukan sumber utama kebahagian. Harta akan menjadi penunjang setiap kegiatan manusia di dunia, termasuk saya.

Sedangkan keluarga, tetangga, saudara, teman dan komunitas saya menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan saya. Mereka hadir dan mewarnai hidup saya dan tidak jarang ikut membentuk kepribadian dan menentukan nasib saya. Seberapapun kuatnya diri saya, saya tetap membutuhkan meraka. Keluarga menjadi inspirasi, tetangga menentramkan hati, saudara bagian curahan kasih sayang dan komunitas adalah kebanggan serta kebahagiaan saya.

Terakhir tetapi terdepan sebagai modal hidup adalah iman. Tanpa iman bagaikan orang hidup tanpa kesadaran, berlari tanpa jalan dan bernafas tanpa udara. Iman memberikan kendali bagi kehidupan. Iman juga menunjukan arah/ tujuan. Iman harga mati yang harus dibayar atas kehidupan.

Bersambung....

PERSEMBAHAN BAGI YANG BERULANG-TAHUN

Heri Setiaji
Batang, 04-04-2009

ANTARA KITA (waktu)

Aku, Kamu dan Dia ....
Aku ada karena Dia dan
Aku ada untuk Kamu.

Dia....
Telah berlalu menjadi kenangan.
Diingat sebagai sejarah.
Kegagalan sebagai cambuk hari kemudian.
Keberhasilan untuk semangat kehidupan.

Aku....
Seringkali diabaikan.
Karena Dia mengikat kakiku dan
Kamu menarik tanganku.

Padahal....
Aku milik yang nyata siap dijadikan apa saja.
Aku berakhir seperti Dia atau
mengawali masa Kamu

Kamu....
Adalah impian ataukah ketakutan.
Akankah kamu jadi genggaman atau kehampaan.
Misteri Illahi yang belum ditemui hingga
Kamu menjadi Aku.

Aku ada,
Dia telah tiada dan
Kamu belum ada.

Akankah Aku sama dengan Dia dan
bisakah Kamu lebih baik dari Aku।
Akulah yang akan menjawabnya karena
Aku akan tetap ada sampai nyawa diambil oleh-Nya.

ARAH BELAJAR

Heri Setiaji
Jogja, 24-04-2009
Definisi belajar menurut W.S.Winkel adalah suatu aktifitas mental/ psikis yang berlangsung dengan interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan- perubahan dalam pengetahuan –pemahaman, keterampilan dan nilai –sikap.” 1

Perubahan tentang pemahaman –kognitif, ketrampilan –psikomotorik dan nilai –sikap terjadi karena aktifitas mental/ psikis, bukan hanya aktifitas fisik. Jadi, adakalanya sesorang nampak seperti belajar namun sebenarnya bukan belajar. Sebagai contoh seorang siswa yang mencatat pelajaran sejarah di kelas, belum tentu dia sedang belajar ilmu sejarah saat itu. Hal itu terjadi karena siswa hanya melakukan aktifitas mencatat, menulis apa yang dia baca di papan tulis tanpa proses pemikiran ataupun penganalisaan. Lalu apakah kegiatan tersebut sia- sia? Tentu tidak, sebab tidak bisa diabaikan proses belajar yang lain. Tidaklah mungkin manusia normal beraktifitas tanpa keterlibatan faktor psikis, tanpa perasaan ataupun kesadaran. Bentuk belajar yang lain itu bisa berupa belajar rajin, sabar, tekun dan rapi memindahkan catatan dari papan tulis ke buku pribadi.

Menjadi tugas yang tidak mudah dilaksanakan untuk setiap pendidik –guru- melibatkan faktor mental/ psikis tiap anak didiknya dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Setidaknya ada beberapa point yang harus dipenuhi; yaitu mengetahui motivasi tiap muridnya, memahami tujuan pembelajaran dan membangun motivasi yang diharapkan. Pemahaman tujuan pembelajaran menjadikan motivasi dan arah seorang guru untuk mengajar. Sedangkan kemampuan guru mengerti motivasi, minat dan keinginan anak dalam proses belajar menjadi modal untuk penentuan sikap guru dan metode pembelajaran. Dan yang tidak kalah pentingnya ketangguhan seorang guru membangun motivasi siswa menjadi sesuai dengan kondisi yang diperlukan agar pembelajaran optimal.

Membangun motivasi belajar siswa merupakan seni, yang artinya dimungkinkan terdapat perbedaan teknik tiap guru dan bisa juga perbedaan cara mengajar pada seorang guru untuk waktu, tempat, peserta didik dan materi yang berbeda. Meskipun dianggap sebuah seni, pembangunan motivasi belajar tidak dapat sepenuhnya meninggalkan kaidah pokok. Apa yang akan dipelajari –apa yang diketahui dan tidak diketahui? Untuk apa dipelajari –apa untungnya bagi siswa? Bagaimana cara mempelajarinya? Dapatkah dipelajari –seberapa sulit? Bagaimana memanfaatkan apa yang telah dipelajari?

Tujuan akhir dari pembelajaran secara umum adalah untuk mengambil manfaat. Hasil akhir dari proses belajar bukanlah ilmu melainkan ilmu yang bermanfaat. Ilmu hanyalah energi potensial, yang akan bermanfaat saat digunakan. Perbedaan itulah yang menjadi tolak ukur keberhasilan kegiatan belajar mengajar.

Sayangnya, manfaat dari sebuah ilmu tidak serta merta terlihat. Adakalanya ilmu hanya menjadi simpanan –diam- yang suatu saat baru digunakan. Ada juga suatu ilmu hanya berguna untuk mendapatkan –mempelajari- ilmu yang lain. Oleh karena itu, ilmu digolongkan energi potensial, keberadaan energi karena letak/ posisinya.

Kenyataan juga membuktikan bahwa banyaknya ilmu yang dimiliki seseorang tidaklah menjamin kesuksesan dan kesejahteraan orang tersebut. Yang menjadikan seseorang sukses adalah memanfaatkan ilmu yang dia miliki. Sehingga seorang yang sedikit ilmu tetapi dimanfaatkan optimal bisa mengalahkan orang lain yang memiliki segudang ilmu yang dipeti-kemaskan. Sebagai contoh : hanya dengan memahami sistem pengelolaan sampah yang baik seseorang dapat menghasilkan omset milyaran Rupiah per-bulan dengan mempekerjakan ribuan orang. Padahal ilmu itu dia peroleh secara autodidak, tetapi betul- betul dia amalkan. Berbeda dengan seorang sarjana, katakanlah Sarjana Ekonomi, Sarjana Teknik, Sarjana Menejemen atau lainnya yang tidak mampu menjual atau memanfaatkan ilmunya. Dia menjadi pengangguran, atau pekerja rendahan –staf perusahaan/ pegawai pemerintah bergaji rendah-, bahkan mungkin karyawan orang pertama.

Dunia kerja saat ini membutukan spesialisasi. Semakin spesial seseorang, keahliannya maupun pekerjaannya –dalam arti tidak banyak yang bisa- maka semakin besar padanan yang diperolehnya. Misalnya seorang dokter, berbeda dengan dokter bedah berbeda lagi dengan dokter bedah syaraf dan seterusnya.

Dari beberapa ulasan di atas menunjukkan adanya beberapa –mungkin banyak- ilmu yang dipelajari di sekolah umum tidak dapat dimanfaatkan langsung maupun di kemudian hari. Seperti halnya nama- nama raja, tanggal perang Diponegoro, tanggal perang Palagan Ambarawa, Serangan 5 hari di Semarang, Bandung Lautan Api tidaklah penting bagi seorang dokter, kecuali untuk membantu anaknya mengerjakan PR. 2 Kenyataan atau hanya anggapan hal itu mempengaruhi seorang siswa menerima pelajaran di sekolah.

Kembali pada pembahasan motivasi belajar. Motivasi belajar berupa kesediaan dan kesadaran mental/ psikis dalam belajar sangat menentukan hasil pembelajaran. Dr Edward Teller salah satu seorang ahli ilmu Fisika terkemuka, berkata, ”anak tidak memerlukan otak yang dapat berfikir cepat agar menjadi ilmuwan, ia juga tidak memerlukan ingatan yang menajubkan dan juga tidak perlu bahwa ia harus mendapatkan nilai yang sangat tinggi di sekolah.Satu- satunya hal yang penting adalah si anak mempunyai tingkat minat yang tinggi akan ilmu pengetahuan.” 3

Motivasi belajar yang banyak dimiliki seorang siswa adalah mendapat nilai yang baik, naik kelas dan lulus. Motivasi ini sering menjadikan siswa takut akan nilai jelek, nunggak kelas bahkan tidak lulus. Semakin penting nilai -tes bagi siswa, semakin siswa mengandalkan hasilnya, semakin siswa akan merasa takut. Kemudian siswa akan kesulitan untuk berkonsentrasi. Jawaban yang telah siswa persiapkan malam sebelumnya, serasa hilang dari ingatan siswa.4 Oleh karenya motivasi ini tidaklah tepat. Selain itu motivasi mendapatkan nilai akan membatasi siswa dalam meng-explorer apa yang ia pelajari dengan dalih tidak akan keluar di soal ujian.

Kegiatan belajar mengajar di sekolah umum tidaklah semata diukur dari nilai ujian siswa dan kelulusannya hingga mampu melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Seharusnya kegiatan belajar di sekolah benar- benar memberikan dasar sebagai modal di kehidupan yang lebih baik.
”Tidak ada yang lebih pratikal daripada dasar teori yang baik” 5 Menurut Einstein ”lebih penting menggunakan otak kita untuk berfikir daripada menggunakannya sebagai gudang fakta.” Henry Ford tidak pernah tertarik memenuhi pikirannya dengan informasi. Menurutnya kemampuan untuk mengetahui cara mendapatkan informasi lebih penting daripada menggunakan pikiran sebagaii garasi untuk fakta. Berfikir dapat menyelesaikan masalah dalam aplikasi praktis. 6 Kegiatan belajar di sekolah semestinya membentuk cara dan budaya pikir serta membangun semangat dan tujuan hidup.
***
1 W.S.Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: PT Gramedia Widia Sarana Indonesia, 1996), h. 53.
2 Bambang Indriyanto,2009.Untuk Kelas XI IPA SMAN 1 Batang, (http://ist0ria.blogspot.com), diakses 24 April 2009).
3 David J.Schwatz, Berfikir dan Berjiwa Besar, (Jakarta: Binarupa Aksara, 1996), h. 38.
4 Robert Maurer, Ph.D., Satu Langkah Sederhana Dapat Mengubah Hidup Anda, (Batam: Interaksara, 2006), h. 39
5 Prof.Hasanuddin, Kuliah Umum GPS. 16 April 2009
6 David J.Schwatz, Berfikir dan Berjiwa Besar, (Jakarta: Binarupa Aksara, 1996), h. 44-45

Selasa, 14 April 2009

Ketika Alat menjadi Tujuan

Heri Setiaji
Jogja, 19-03-2009

Peraturan diciptakan untuk mencapai suatu tujuan, namun keterbatasannya (buatan manusia) mengakibatkan tidak semua usaha pencapain tujuan itu terakomodir olehnya, bahkan kadang-kala peraturan itu sendiri menghambat dan menghalangi pencapain penciptaan peraturan tersebut. Oleh karena itu dibutuhkan keberanian seorang pemimpin (mandataris) dalam mengambil keputusan (kasus-kasus tertentu, yang penting, mendesak) yang mungkin bertentangan dengan peraturan tetapi justru merupakan salah satu usaha pencapaian tujuan diciptakannya peraturan tadi –sering disebut kebijakan. Lalu, bagaimana jika mandataris yang tidak memahami maksud, tujuan dan latar belakang peraturan yang diembannya? Celakanya apabila sebuah peraturan dijadikan tujuan bukan alat mencapai tujuan. Padahal dengan melihat pernyataan di atas, maka tidak selamanya suatu alat efektif, bisa jadi tidak dapat lagi digunakan. So, jangan “mendewakan peraturan”, melainkan ingatlah selalu tujuan peraturan dalam menegakkannya. Semoga berhasil!

Rabu, 08 April 2009

CONTRENG

Heri Setiaji
Batang, 04-04-2009

Mantapkan hati,
ringankan langkah.

Lihat secara teliti,
contreng dengan basmalah.

Terima apa yang akan terjadi,
jadikan semua anugerah.

Keburukan yang tak diingini,
ujian dari Allah.

Kebaikan yang didapati,
juga ujian dari Allah.

Kenapa mesti GOLPUT?

Banyak Partai membingungkan?
Bukankah makin banyak pilihan, makin banyak peluang yang sesuai dengan harapan kita।

Atau ....
Kalau bingung pilih aja diantara tiga partai lama, anggap partai baru pengkhianat, he he। (sebaiknya tidak disarankan kecuali terpaksa)

Pilih calon langsung, tidak ada yang dikenal?
Bukankah makin mudah mengenal calon wakil kita

Atau....
Pilih saja gambar partai, boleh kok। Biar partai tentukan arah suara kita।
Bingung, tanya ma orang tua –dukun kali ya-, pak RT atau pak Yai।
Masih bingung juga, ikuti aja pilihan mereka।
(sebaiknya tidak disarankan kecuali terpaksa)

Memilih-kan Hak bukan Kewajiban?
Jangan sok pintar kalo kurang belajar Pendidikan Kewarganegaraan.
Memilih itu hak sekaligus kewajiban –seperti bela negara.

Hak karena tidak bisa dihalangi oleh siapapun –kalau memenuhi syarat- dan tidak
ada paksaan –atas pilihan kita, bebas।

Kewajiban karena kesuksesannya diperlukan peran serta kita –seandainya lebih banyak yang golput, terus diulang, berapa banyak biaya yang diperlukan, mending buat nambah BLT saja।Kewajiban juga menerima semua hasilnya meskipun tidak sesuai harapan kita. –ini bukan hak.

Bagaimana kalau nekad tetap GOLPUT?
Namanya juga nekad, berarti sudah tidak memakai pertimbangan.

Mungkin sok pintar; sok suci, bersih; sombong atau tidak percaya diri.
Kalau merasa lebih pinter, lebih bersih, atau lebih mampu kenapa tidak mencalonkan diri saja.
Atau tidak percaya diri: @1. tidak mampu menyeleksi/ memilih, @2. menganggap sistemnya yang rusak –sebaik apapun tokoh kalau masuk politik akan terbawa arus.
@1. kembali ke pasal 1 dan 2
@2. kenapa tidak ikut menambah daftar orang baik yang ingin merubah sistem. –sudah ada tuh temennya.

Tunaikan kewajiban kita dan ambillah hak kita agar jadi manusia Indonesia sejati, berbakti pada ibu pertiwi। Pejuang kita angkat senjata korbankan nyawa dengan pandangan positif, kita juga bisa pegang pena, contreng dengan benar sebagai tindakan positif meneruskan perjuangan mereka। Soal hasil, apa yang pejuang pikirkan? Satu orang tidaklah akan berarti untuk kemerdekaan tetapi jika semua orang tidak ada yang berjuang maka tidak akan pernah tercapai kemerdekaan। Artinya semakin banyak(kuantitas) yang terlibat akan lebih baik, tentunya sambil jalan kita tingkatkan kualitas dengan kesadaran berbangsa dan bernegara। Amien
SUKSES PEMILU LEGISLATIF 9 April 2009

ANTARA KITA

Heri Setiaji
Jogja, 01-04-2009

ANTARA KITA

Kini hidup dalam dunia masing-masing

namun SMU N 1 Batang tetap bagian dari hidupku,
sejarah dan impian masa depanku.

Sejenak aku tiada bersamamu,
tapi semangat dan citaku masih seperti yang dulu.

SMU bukan hanya mengantar kejenjang pendidikan yang lebih tinggi,
melainkan juga bekal untuk mengabdi.

Jalan yang ditempuh berlainan sebagai pilihan pribadi
dan tujuan sama yang tak bisa dipungkiri,
ridha Illahi, sejahtera di dunia nanti.