Heri Setiaji
Jogja, 29-04-2009
Siang yang terik ketika aku memasuki sebuah kantor. Ku temui seseorang yang berada di ruangan sempit tanpa AC. Dia temanku, teman SMP yang waktu itu suka curi-curi merokok dan pernah ketahuan guru BP. Masih ingat, dia dihukum dengan sebungkus rokok untuk dihisap tiga batang sekaligus. Rupanya hal itu tidak membuatnya jera, terbukti dia masih merokok sampai sekarang.
Terlepas dari kebiasaan buruknya tadi, saya menyukainya karena etos kerjanya yang tinggi. Seperti dulu semua tugas yang diberikannya diselesaikan dengan baik. Hingga di kantor, atasannya selalu memberikan tugas padanya terutama tugas-tugas penting yang harus segera diselesaikan meskipun tugasnya masih menumpuk.
Waktu itu hal yang menggelitik diriku adalah sekumpulan kertas yang ada dimeja terbang berantakan terhempas angin. Beberapa di antaranya sampai keluar ruangan melalui pintu dan jendela. Ku bantu dia memunguti kertasnya. Dia tidak mengeluh apalagi mengumpat, malah tertawa kecil, menertawakan dirinya sendiri. “inilah akibatnya aku tidak menginvestasikan waktuku” gumamnya.
Terpikir olehnya untuk menutup jendela namun menyayangkan waktu untuk beranjak dari kursi melangkah ke jendela dan pintu untuk menutupnya. Baginya waktu itu lebih bermanfaat untuk menyelesaikan kerjanya. Akhirnya dia harus memunguti kertas yang terlanjur berantakan dan menyusun kembali urutan kertas tersebut. Hal itu memakan waktu lama.
Hmm..., setelah kejadian teman saya baru mengerti pentingnya investasi. Nah pemahanan investasi menurutnya –teman saya tidak mau disebutkan namanya- adalah mengorbankan suatu hal untuk mendapatkan sesuatu yang lebi besar atau lebih bermanfaat. Baginya meluangkan waktu untuk menutup jendela dan pintu merupakan investasi agar tidak bertambahnya pekerjaan yang menyita waktu seperti yang ia alami.
Terbayang oleh saya, sebenarnya ada investasi yang jauh lebih menguntungkan bagi teman saya dalam kasus tersebut, yaitu menggeser asbaknya ke atas tumpukan kertas. Dia tidak perlu beranjak dari tempat duduknya untuk menutup jendela dan pintu. Hasilnya pintu dan jendela tetap terbuka, udara segar masih bisa masuk dan kertas tidak berantakan.
Investasi yang baik menurut saya mengandung pengertian bahwa suatu investasi yang menghasilkan –sudah menguntungkan- saat pertama dilakukan. Menggeser asbak ke atas tumpukan kertas dan membiarkan jendela terbuka misalnya. Contoh lain, saat membeli rumah/ tanah, investasi yang baik terjadi apabila saat membeli telah mendapat untung, misalnya harganya lebih murah dibanding harga pasar saat itu, atau dibeli dengan kredit dan suku bunga jauh di bawah inflasi serta disewakan, bukan karena membeli rumah dan berharap suatu ketika bisa dijual dengan harga mahal.
Jogja, 29-04-2009
Siang yang terik ketika aku memasuki sebuah kantor. Ku temui seseorang yang berada di ruangan sempit tanpa AC. Dia temanku, teman SMP yang waktu itu suka curi-curi merokok dan pernah ketahuan guru BP. Masih ingat, dia dihukum dengan sebungkus rokok untuk dihisap tiga batang sekaligus. Rupanya hal itu tidak membuatnya jera, terbukti dia masih merokok sampai sekarang.
Terlepas dari kebiasaan buruknya tadi, saya menyukainya karena etos kerjanya yang tinggi. Seperti dulu semua tugas yang diberikannya diselesaikan dengan baik. Hingga di kantor, atasannya selalu memberikan tugas padanya terutama tugas-tugas penting yang harus segera diselesaikan meskipun tugasnya masih menumpuk.
Waktu itu hal yang menggelitik diriku adalah sekumpulan kertas yang ada dimeja terbang berantakan terhempas angin. Beberapa di antaranya sampai keluar ruangan melalui pintu dan jendela. Ku bantu dia memunguti kertasnya. Dia tidak mengeluh apalagi mengumpat, malah tertawa kecil, menertawakan dirinya sendiri. “inilah akibatnya aku tidak menginvestasikan waktuku” gumamnya.
Terpikir olehnya untuk menutup jendela namun menyayangkan waktu untuk beranjak dari kursi melangkah ke jendela dan pintu untuk menutupnya. Baginya waktu itu lebih bermanfaat untuk menyelesaikan kerjanya. Akhirnya dia harus memunguti kertas yang terlanjur berantakan dan menyusun kembali urutan kertas tersebut. Hal itu memakan waktu lama.
Hmm..., setelah kejadian teman saya baru mengerti pentingnya investasi. Nah pemahanan investasi menurutnya –teman saya tidak mau disebutkan namanya- adalah mengorbankan suatu hal untuk mendapatkan sesuatu yang lebi besar atau lebih bermanfaat. Baginya meluangkan waktu untuk menutup jendela dan pintu merupakan investasi agar tidak bertambahnya pekerjaan yang menyita waktu seperti yang ia alami.
Terbayang oleh saya, sebenarnya ada investasi yang jauh lebih menguntungkan bagi teman saya dalam kasus tersebut, yaitu menggeser asbaknya ke atas tumpukan kertas. Dia tidak perlu beranjak dari tempat duduknya untuk menutup jendela dan pintu. Hasilnya pintu dan jendela tetap terbuka, udara segar masih bisa masuk dan kertas tidak berantakan.
Investasi yang baik menurut saya mengandung pengertian bahwa suatu investasi yang menghasilkan –sudah menguntungkan- saat pertama dilakukan. Menggeser asbak ke atas tumpukan kertas dan membiarkan jendela terbuka misalnya. Contoh lain, saat membeli rumah/ tanah, investasi yang baik terjadi apabila saat membeli telah mendapat untung, misalnya harganya lebih murah dibanding harga pasar saat itu, atau dibeli dengan kredit dan suku bunga jauh di bawah inflasi serta disewakan, bukan karena membeli rumah dan berharap suatu ketika bisa dijual dengan harga mahal.
