Rabu, 29 April 2009

INVESTASI YANG BAIK

Heri Setiaji
Jogja, 29-04-2009

Siang yang terik ketika aku memasuki sebuah kantor. Ku temui seseorang yang berada di ruangan sempit tanpa AC. Dia temanku, teman SMP yang waktu itu suka curi-curi merokok dan pernah ketahuan guru BP. Masih ingat, dia dihukum dengan sebungkus rokok untuk dihisap tiga batang sekaligus. Rupanya hal itu tidak membuatnya jera, terbukti dia masih merokok sampai sekarang.

Terlepas dari kebiasaan buruknya tadi, saya menyukainya karena etos kerjanya yang tinggi. Seperti dulu semua tugas yang diberikannya diselesaikan dengan baik. Hingga di kantor, atasannya selalu memberikan tugas padanya terutama tugas-tugas penting yang harus segera diselesaikan meskipun tugasnya masih menumpuk.

Waktu itu hal yang menggelitik diriku adalah sekumpulan kertas yang ada dimeja terbang berantakan terhempas angin. Beberapa di antaranya sampai keluar ruangan melalui pintu dan jendela. Ku bantu dia memunguti kertasnya. Dia tidak mengeluh apalagi mengumpat, malah tertawa kecil, menertawakan dirinya sendiri. “inilah akibatnya aku tidak menginvestasikan waktuku” gumamnya.

Terpikir olehnya untuk menutup jendela namun menyayangkan waktu untuk beranjak dari kursi melangkah ke jendela dan pintu untuk menutupnya. Baginya waktu itu lebih bermanfaat untuk menyelesaikan kerjanya. Akhirnya dia harus memunguti kertas yang terlanjur berantakan dan menyusun kembali urutan kertas tersebut. Hal itu memakan waktu lama.

Hmm..., setelah kejadian teman saya baru mengerti pentingnya investasi. Nah pemahanan investasi menurutnya –teman saya tidak mau disebutkan namanya- adalah mengorbankan suatu hal untuk mendapatkan sesuatu yang lebi besar atau lebih bermanfaat. Baginya meluangkan waktu untuk menutup jendela dan pintu merupakan investasi agar tidak bertambahnya pekerjaan yang menyita waktu seperti yang ia alami.

Terbayang oleh saya, sebenarnya ada investasi yang jauh lebih menguntungkan bagi teman saya dalam kasus tersebut, yaitu menggeser asbaknya ke atas tumpukan kertas. Dia tidak perlu beranjak dari tempat duduknya untuk menutup jendela dan pintu. Hasilnya pintu dan jendela tetap terbuka, udara segar masih bisa masuk dan kertas tidak berantakan.

Investasi yang baik menurut saya mengandung pengertian bahwa suatu investasi yang menghasilkan –sudah menguntungkan- saat pertama dilakukan. Menggeser asbak ke atas tumpukan kertas dan membiarkan jendela terbuka misalnya. Contoh lain, saat membeli rumah/ tanah, investasi yang baik terjadi apabila saat membeli telah mendapat untung, misalnya harganya lebih murah dibanding harga pasar saat itu, atau dibeli dengan kredit dan suku bunga jauh di bawah inflasi serta disewakan, bukan karena membeli rumah dan berharap suatu ketika bisa dijual dengan harga mahal.

Senin, 27 April 2009

QUESIONEER PENGEMBANGAN SDM KELAS A

  1. Apa sich yang sebenarnya menjadi tujuan Saudara untuk mengikuti Program Diploma IV STPN?
    Agar anak-anak dekat dengan neneknya tanpa harus bapaknya ketinggalan perkembangannya.
    Untuk mendapat gelar sarjana dengan perimbangan kompetensinya।
  2. Berdasarkan pengalaman kerja di kantor Saudara, apakah lulusan program Diploma IV STPN sudah dianggap sebagai tenaga ahli pertanahan yg potensial (mampu bersaing dengan lulusan sarjana lain)?
    Setiap sarjana memiliki kompetensi masing-masing, sedangkan diploma memiliki keahlian dari beberapa bidang ilmu pengetahuan. Jadi wajar jika ilmunya tidaklah mendalam namun tetap merupakan formula yang dibutuhkan di kantor terutama untuk memimpin. Sedangkan tenaga ahli memang sebainya dari sarjana murni.
    Di kantor saya, SsiT dan SST sudah berkontribusi nyata menjadi Kepala Sub Seksi, A।Ptnh sudah menjadi Kepala Kantor dan Kepala Seksi, sedangkan Juru Ukur Ahli Pratama menjadi andalan di beberapa Seksi.
  3. Menurut Saudara setujukah dengan anggapan bahwa program Diploma IV SPTN hanya sebagai batu loncatan untuk menaikkan golongan? Apa alasan jawaban Saudara?
    Tidak dipungkiri daya tarik DIV STPN adalah naiknya golongan tanpa ujian penyetaraan.
    Masuk DIV STPN tidaklah mudah.
    Selama kuliah juga banyak pengorbanan –bandingkan perolehan materi dan relasi jika masih kerja di kantor.
    Masuk DIV STPN adalah pilian.
    Kesimpulan...?
  4. Pelatihan ini bertujuan untuk mengembangkan kualitas SDM dan meningkatkan passing grade kemampuan dan keterampilan kita sebagia mahasiswa, setujukah Saudara? Apa alasan Saudara?
    Setuju.
    Prioritas perlu.
    Ingatlah misi-visi STPN dan BPN RI.
    Akan jadi apakah lulusan DIV STPN, menejer atau tenaga ahli?
  5. Jika jawaban Saudara pada no.4 setuju, bagaimana upaya-upaya yang sebaiknya dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut untuk menghindari kebosanan selama kegiatan berlangsung? (misal perlu dibuat suatu komitmen yang mengikat semua peserta untuk tetap konsisten dalam mengikuti kegiatan di maksud)
    Tidak perlu paksaan mengikuti pelaihan.
    Tapi wajib ikuti responsi.
    Sistem kelas hanya untuk pengantar dan motivasi sedangkan pendalaman materi –teknis- menggunakan sistem kelompok tanpa terikat jadwal dan tempat tetapi tetap sesuai target.
    Berikan apresiasi/ pengargaan atas keberhasilan misalnya dengan dimuatnya dalam buletin SANDI atau menyalurkan lowongan kerja di hari libur।
  6. Ketika anda di kantor, pernahkah Saudara mengalami kesulitan dalam menjalankan tugas baik dari aspek administratif maupun teknis? (misal dalam hal penataan arsip, penyusunan anggaran, pengadaan barang dan jasa, penanganan sengketa dll)
    - Teknis : a. Kurang sarana dan prasarana kantor.
    b. Kurang kelengkapan data pada masyarakat.
    c. Sulitnya kerja sama tim, rekan kerja termasuk stakeholder
    d. Kebijakan pimpinan yang berubah, atau tidak sama antar pimpinan.
    e। Faktor kepentingan (uang)
  7. Selama Saudara di kantor, pernahkah/ bisakah melakukan pengukuran persil tanah dan melakukan pengolahan data/ pemetaan dalam bentuk manual maupun digital? - Bisa
  8. Pernahka Saudara menjadi trainer/ pelatih/ memberikan pengajaran kpd rekan Saudara di kantor?
    Pengukuran Bidang dan TS –metode manual- untuk anak honor
    Pengukuran Poligon Tertutup menggunakan theodolit semi digital pada kelas Teknologi Pertanian SMK N Rambah.
    Penggambaran Bidang, Kerangka Dasar Teknik dan Peta Bidang serta Surat Ukur pada anak honor
  9. Bersediakah Saudara menjadi trainer dalam kegiatan ini? Kegiatan atau program apa yang Saudara bisa?
    Tidak, karena hampir semua mahasiswa DIV STPN suda bisa!
  10. Kegiatan apa yang Saudara usulkan untuk diselenggarakan selain apa yang ada dalam program kita kali ini?
    - Majalah Dinding Angkatan di asrama.
    - Blog atau Web Angkatan.
    - Kunjungan ke Kantor Pertanahan.
    - Kunjungan ke PEMDA atau Dinas terkait (PBB, Kehutanan, Statistik dll)
    - Kunjungan ke Perguruan Tinggi kedinasan lain.
    - Kunjungan ke Perguruan Tinggi di bidang Hukum, Geodesi, Pertanian, Kehutana, Informatika dll।
    - Kunjungan ke SMU dan SMK Survey.
    - Pelatihan manejemen keuangan (finansial) dan wiraswasta।
  11. Kita kembalikan pada pertanyaan no.1, apakah Saudara untuk mengikuti Program Diploma IV STPN sudah Saudara raih? Hanya segitukah kemampuan kita ??????????
    Sudah tercapai.
    Belum tercapai, banyak materi yang pembahasannya tidak sesuai dengan harapan। Solusinya belajar mandiri.
  12. Beberapa aplikasi di bawah ini mana yang merupakan baru bagi diri anda?
    ........

Diisi oleh

Ttd

Heri Setiaji
Jogja, 28-04-2009

MAJU SELANGKAH, MELANGKAH BERARAH

Heri Setiaji
Batang, 28-04-2009

”Gantungkan cita-citamu setinggi langit.”
”Langkah seribu mil diawali dengan satu langkah”

Ada orang yang menjalani hidupnya apa adanya, bagai air mengalir.
Kelihatannya enjoy banget tapi kelak dia tak akan kemana-mana..
(air slalu nyari tempat rendah sih)

Ada juga orang yang memiliki cita-cita yang tinggi.
(hingga lehernya patah mendongak ke atas.)
Sayangnya, ketika hendak berupaya dia mengurungkan niatnya, tak mungkin katanya.
(bagai pungguk merindukan bulan)

Nah, aku punya cita-cita dan aku ngejalaninya satu tahap demi tahap.

Jumat, 24 April 2009

PROGRAM KERJA PRIBADI

Heri Setiaji
Jogja, 25-04-2009

Terima kasih saya sampaikan kepada teman साया, ibu guru Dian Widiningsih atas inspirasinya। *) http://widi-mtk।blogspot।com/2009/02/amal.html

Kembali mengingat dan menegaskan apa tujuan hidup saya. Apa itu hidup? Untuk apa kita hidup?

Tujuan-tujuan syar'i terhadap manusia di atas bumi, sebagaimana diisyaratkan oleh Al Qur'an dikumpulkan dalam tiga hal, sebagaimana disebutkan oleh Imam Ar-Raghib Al Ashfahani dalam kitabnya, "Adz-Dzarii'ah ilaa Makaarimisy-Syarii'ah," yaitu sebagai berikut:
1. Ibadah.
Sebagaimana firman Allah SWT:
"Dan tidaklah Aku menciptakan Jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku." (Adz-Dzaariyaat: 56)
2. Khalifah.
Sebagaimana firman Allah SWT:
"Sesungguhnya Aku akan menciptakan di bumi seseorang khalifah (Al Baqarah: 30)
3. 'Imaarah (memakmurkan bumi).
Sebagaimana firman Allah SWT
"Dialah (Allah) yang menciptakan kamu dari tanah dan menjadikan kamu pemakmurnya..." (Hud: 61) *)

Apa yang perlu saya lakukan untuk mencapai tujuan hidup saya? Menyusun program kerja pribadi, melaksanakan, mengevaluasi dan menyusun ulang perbaikannya.

Penyusunan program kerja diawali dengan pemahaman tentang tujuan –hidup.

Tiga hal tersebut saling terkait antara satu dengan yang lainnya. 'Imaarah (memakmurkan) ketika dilaksanakan dengan niat ikhlas, maka akan bernilai ibadah sekaligus melaksanakan tugas khilafah. Sedangkan ibadah dalam arti yang luas meliputi khilafah dan 'imaarah, dan tidak mungkin akan terwujud khilafah kecuali dengan adanya ibadah dan 'imaarah. *)

Berikutnya inventarisasi modal yang ada. Modal yang paling besar adalah waktu. Setiap yang hidup –apapun keadaannya- pasti memiliki waktu. Modal yang paling mahal berupa kesehatan, yang dapat dikaitkan dengan masa muda. Modal yang paling berharga yakni ilmu. Modal yang paling menunjang yaitu harta. Modal lainnya adalah keluarga, tetangga, saudara, teman, komunitas, masyarakat, bangsa negara dan dunia. Tetapi yang paling utama adalah modal iman, keyakinan akan ketuhanan Allah SWT.

Waktu sebagai modal yang besar namun sering dilupakan harus dimenej dengan baik. Jika sehari -24 jam- saya tidur dalam waktu 8 jam maka sisa waktu terjaga adalah 16 jam. Waktu bekerja –kuliah sekitar 8 jam juga, dengan asumsi mulai pukul 7.30 wib sampai 16.00 dan istirahat siang, makan dan sholat 30 menit. Delapan jam terakhir saya bagi menjadi 4 bagian yaitu ibadah, silaturahmi –termasuk rekreasi, pengembangan diri dan investasi.

Kesehatan semakin hari semakin berharga. Secara umum bertambah tahun bertambah banyak jenis penyakit yang ditemukan. Banyak penyakit aneh yang sebelumnya tidak dikenal menjadi deretan daftar yang harus diwaspadai. Apalagi beberapa diantaranya membutuhkan obat dan perlakuan –operasi maupun terapi- yang mahal, bahkan ada yang belum ditemukan obatnya. Secara pribadi, kesehatan saya juga akan menurun. Lambat laun tubuh akan semakin lemah dan rentan dengan penyakit. Penyakit yang pasti tidak dapat dihindari kecuali dengan mati adalah tua. Artinya semakin hari semakin banyak biaya yang akan saya keluarkan untuk tetap menjaga kesehatan. Jadi kesehatan termasuk modal yang harus diinvestasikan.

Ilmu sebagai sarana menyelesaikan masalah –menjawab tantangan-, baik berupa peluang maupun ancaman. Ilmu dapat mempermudah dan mempersingkat pelaksanaan kegiatan dan aktifitas hidup. Ilmu yang perlu dituntut digolongkan menjadi 2 yaitu ilmu agama dan dunia. Ilmu agama berupa tauhid, syariat, tarikat dan hakikat diperoleh dari kajian –ngaji : ngaweruhi jwo dan ibadah dalam arti khusus. Sedangkan ilmu dunia merupakan bagian ilmu yang menunjang kehidupan dunia yang sebenarnya diterapkan juga sebagai ibadah –dalam arti luas. Ilmu dunia akan menunjang pemahaman –kajian- dan pelaksanaan ibadah. Sebaliknya ilmu agama akan memberi arah dan rambu-rambu bagi pengembangan serta pemanfaatan ilmu dunia. Ilmu agama dan dunia bagaikan dua sisi mata uang, two sides of one coin.

Harta menjadi urat nadi dalam menjalani kehidupan dunia. Harta bukanlah segalanya namun sekarang segalanya membutuhkan harta. Harta dapat mendatangkan kebahagian bagi saya meskipun bukan sumber utama kebahagian. Harta akan menjadi penunjang setiap kegiatan manusia di dunia, termasuk saya.

Sedangkan keluarga, tetangga, saudara, teman dan komunitas saya menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan saya. Mereka hadir dan mewarnai hidup saya dan tidak jarang ikut membentuk kepribadian dan menentukan nasib saya. Seberapapun kuatnya diri saya, saya tetap membutuhkan meraka. Keluarga menjadi inspirasi, tetangga menentramkan hati, saudara bagian curahan kasih sayang dan komunitas adalah kebanggan serta kebahagiaan saya.

Terakhir tetapi terdepan sebagai modal hidup adalah iman. Tanpa iman bagaikan orang hidup tanpa kesadaran, berlari tanpa jalan dan bernafas tanpa udara. Iman memberikan kendali bagi kehidupan. Iman juga menunjukan arah/ tujuan. Iman harga mati yang harus dibayar atas kehidupan.

Bersambung....

PERSEMBAHAN BAGI YANG BERULANG-TAHUN

Heri Setiaji
Batang, 04-04-2009

ANTARA KITA (waktu)

Aku, Kamu dan Dia ....
Aku ada karena Dia dan
Aku ada untuk Kamu.

Dia....
Telah berlalu menjadi kenangan.
Diingat sebagai sejarah.
Kegagalan sebagai cambuk hari kemudian.
Keberhasilan untuk semangat kehidupan.

Aku....
Seringkali diabaikan.
Karena Dia mengikat kakiku dan
Kamu menarik tanganku.

Padahal....
Aku milik yang nyata siap dijadikan apa saja.
Aku berakhir seperti Dia atau
mengawali masa Kamu

Kamu....
Adalah impian ataukah ketakutan.
Akankah kamu jadi genggaman atau kehampaan.
Misteri Illahi yang belum ditemui hingga
Kamu menjadi Aku.

Aku ada,
Dia telah tiada dan
Kamu belum ada.

Akankah Aku sama dengan Dia dan
bisakah Kamu lebih baik dari Aku।
Akulah yang akan menjawabnya karena
Aku akan tetap ada sampai nyawa diambil oleh-Nya.

ARAH BELAJAR

Heri Setiaji
Jogja, 24-04-2009
Definisi belajar menurut W.S.Winkel adalah suatu aktifitas mental/ psikis yang berlangsung dengan interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan- perubahan dalam pengetahuan –pemahaman, keterampilan dan nilai –sikap.” 1

Perubahan tentang pemahaman –kognitif, ketrampilan –psikomotorik dan nilai –sikap terjadi karena aktifitas mental/ psikis, bukan hanya aktifitas fisik. Jadi, adakalanya sesorang nampak seperti belajar namun sebenarnya bukan belajar. Sebagai contoh seorang siswa yang mencatat pelajaran sejarah di kelas, belum tentu dia sedang belajar ilmu sejarah saat itu. Hal itu terjadi karena siswa hanya melakukan aktifitas mencatat, menulis apa yang dia baca di papan tulis tanpa proses pemikiran ataupun penganalisaan. Lalu apakah kegiatan tersebut sia- sia? Tentu tidak, sebab tidak bisa diabaikan proses belajar yang lain. Tidaklah mungkin manusia normal beraktifitas tanpa keterlibatan faktor psikis, tanpa perasaan ataupun kesadaran. Bentuk belajar yang lain itu bisa berupa belajar rajin, sabar, tekun dan rapi memindahkan catatan dari papan tulis ke buku pribadi.

Menjadi tugas yang tidak mudah dilaksanakan untuk setiap pendidik –guru- melibatkan faktor mental/ psikis tiap anak didiknya dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Setidaknya ada beberapa point yang harus dipenuhi; yaitu mengetahui motivasi tiap muridnya, memahami tujuan pembelajaran dan membangun motivasi yang diharapkan. Pemahaman tujuan pembelajaran menjadikan motivasi dan arah seorang guru untuk mengajar. Sedangkan kemampuan guru mengerti motivasi, minat dan keinginan anak dalam proses belajar menjadi modal untuk penentuan sikap guru dan metode pembelajaran. Dan yang tidak kalah pentingnya ketangguhan seorang guru membangun motivasi siswa menjadi sesuai dengan kondisi yang diperlukan agar pembelajaran optimal.

Membangun motivasi belajar siswa merupakan seni, yang artinya dimungkinkan terdapat perbedaan teknik tiap guru dan bisa juga perbedaan cara mengajar pada seorang guru untuk waktu, tempat, peserta didik dan materi yang berbeda. Meskipun dianggap sebuah seni, pembangunan motivasi belajar tidak dapat sepenuhnya meninggalkan kaidah pokok. Apa yang akan dipelajari –apa yang diketahui dan tidak diketahui? Untuk apa dipelajari –apa untungnya bagi siswa? Bagaimana cara mempelajarinya? Dapatkah dipelajari –seberapa sulit? Bagaimana memanfaatkan apa yang telah dipelajari?

Tujuan akhir dari pembelajaran secara umum adalah untuk mengambil manfaat. Hasil akhir dari proses belajar bukanlah ilmu melainkan ilmu yang bermanfaat. Ilmu hanyalah energi potensial, yang akan bermanfaat saat digunakan. Perbedaan itulah yang menjadi tolak ukur keberhasilan kegiatan belajar mengajar.

Sayangnya, manfaat dari sebuah ilmu tidak serta merta terlihat. Adakalanya ilmu hanya menjadi simpanan –diam- yang suatu saat baru digunakan. Ada juga suatu ilmu hanya berguna untuk mendapatkan –mempelajari- ilmu yang lain. Oleh karena itu, ilmu digolongkan energi potensial, keberadaan energi karena letak/ posisinya.

Kenyataan juga membuktikan bahwa banyaknya ilmu yang dimiliki seseorang tidaklah menjamin kesuksesan dan kesejahteraan orang tersebut. Yang menjadikan seseorang sukses adalah memanfaatkan ilmu yang dia miliki. Sehingga seorang yang sedikit ilmu tetapi dimanfaatkan optimal bisa mengalahkan orang lain yang memiliki segudang ilmu yang dipeti-kemaskan. Sebagai contoh : hanya dengan memahami sistem pengelolaan sampah yang baik seseorang dapat menghasilkan omset milyaran Rupiah per-bulan dengan mempekerjakan ribuan orang. Padahal ilmu itu dia peroleh secara autodidak, tetapi betul- betul dia amalkan. Berbeda dengan seorang sarjana, katakanlah Sarjana Ekonomi, Sarjana Teknik, Sarjana Menejemen atau lainnya yang tidak mampu menjual atau memanfaatkan ilmunya. Dia menjadi pengangguran, atau pekerja rendahan –staf perusahaan/ pegawai pemerintah bergaji rendah-, bahkan mungkin karyawan orang pertama.

Dunia kerja saat ini membutukan spesialisasi. Semakin spesial seseorang, keahliannya maupun pekerjaannya –dalam arti tidak banyak yang bisa- maka semakin besar padanan yang diperolehnya. Misalnya seorang dokter, berbeda dengan dokter bedah berbeda lagi dengan dokter bedah syaraf dan seterusnya.

Dari beberapa ulasan di atas menunjukkan adanya beberapa –mungkin banyak- ilmu yang dipelajari di sekolah umum tidak dapat dimanfaatkan langsung maupun di kemudian hari. Seperti halnya nama- nama raja, tanggal perang Diponegoro, tanggal perang Palagan Ambarawa, Serangan 5 hari di Semarang, Bandung Lautan Api tidaklah penting bagi seorang dokter, kecuali untuk membantu anaknya mengerjakan PR. 2 Kenyataan atau hanya anggapan hal itu mempengaruhi seorang siswa menerima pelajaran di sekolah.

Kembali pada pembahasan motivasi belajar. Motivasi belajar berupa kesediaan dan kesadaran mental/ psikis dalam belajar sangat menentukan hasil pembelajaran. Dr Edward Teller salah satu seorang ahli ilmu Fisika terkemuka, berkata, ”anak tidak memerlukan otak yang dapat berfikir cepat agar menjadi ilmuwan, ia juga tidak memerlukan ingatan yang menajubkan dan juga tidak perlu bahwa ia harus mendapatkan nilai yang sangat tinggi di sekolah.Satu- satunya hal yang penting adalah si anak mempunyai tingkat minat yang tinggi akan ilmu pengetahuan.” 3

Motivasi belajar yang banyak dimiliki seorang siswa adalah mendapat nilai yang baik, naik kelas dan lulus. Motivasi ini sering menjadikan siswa takut akan nilai jelek, nunggak kelas bahkan tidak lulus. Semakin penting nilai -tes bagi siswa, semakin siswa mengandalkan hasilnya, semakin siswa akan merasa takut. Kemudian siswa akan kesulitan untuk berkonsentrasi. Jawaban yang telah siswa persiapkan malam sebelumnya, serasa hilang dari ingatan siswa.4 Oleh karenya motivasi ini tidaklah tepat. Selain itu motivasi mendapatkan nilai akan membatasi siswa dalam meng-explorer apa yang ia pelajari dengan dalih tidak akan keluar di soal ujian.

Kegiatan belajar mengajar di sekolah umum tidaklah semata diukur dari nilai ujian siswa dan kelulusannya hingga mampu melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Seharusnya kegiatan belajar di sekolah benar- benar memberikan dasar sebagai modal di kehidupan yang lebih baik.
”Tidak ada yang lebih pratikal daripada dasar teori yang baik” 5 Menurut Einstein ”lebih penting menggunakan otak kita untuk berfikir daripada menggunakannya sebagai gudang fakta.” Henry Ford tidak pernah tertarik memenuhi pikirannya dengan informasi. Menurutnya kemampuan untuk mengetahui cara mendapatkan informasi lebih penting daripada menggunakan pikiran sebagaii garasi untuk fakta. Berfikir dapat menyelesaikan masalah dalam aplikasi praktis. 6 Kegiatan belajar di sekolah semestinya membentuk cara dan budaya pikir serta membangun semangat dan tujuan hidup.
***
1 W.S.Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: PT Gramedia Widia Sarana Indonesia, 1996), h. 53.
2 Bambang Indriyanto,2009.Untuk Kelas XI IPA SMAN 1 Batang, (http://ist0ria.blogspot.com), diakses 24 April 2009).
3 David J.Schwatz, Berfikir dan Berjiwa Besar, (Jakarta: Binarupa Aksara, 1996), h. 38.
4 Robert Maurer, Ph.D., Satu Langkah Sederhana Dapat Mengubah Hidup Anda, (Batam: Interaksara, 2006), h. 39
5 Prof.Hasanuddin, Kuliah Umum GPS. 16 April 2009
6 David J.Schwatz, Berfikir dan Berjiwa Besar, (Jakarta: Binarupa Aksara, 1996), h. 44-45

Selasa, 14 April 2009

Ketika Alat menjadi Tujuan

Heri Setiaji
Jogja, 19-03-2009

Peraturan diciptakan untuk mencapai suatu tujuan, namun keterbatasannya (buatan manusia) mengakibatkan tidak semua usaha pencapain tujuan itu terakomodir olehnya, bahkan kadang-kala peraturan itu sendiri menghambat dan menghalangi pencapain penciptaan peraturan tersebut. Oleh karena itu dibutuhkan keberanian seorang pemimpin (mandataris) dalam mengambil keputusan (kasus-kasus tertentu, yang penting, mendesak) yang mungkin bertentangan dengan peraturan tetapi justru merupakan salah satu usaha pencapaian tujuan diciptakannya peraturan tadi –sering disebut kebijakan. Lalu, bagaimana jika mandataris yang tidak memahami maksud, tujuan dan latar belakang peraturan yang diembannya? Celakanya apabila sebuah peraturan dijadikan tujuan bukan alat mencapai tujuan. Padahal dengan melihat pernyataan di atas, maka tidak selamanya suatu alat efektif, bisa jadi tidak dapat lagi digunakan. So, jangan “mendewakan peraturan”, melainkan ingatlah selalu tujuan peraturan dalam menegakkannya. Semoga berhasil!

Rabu, 08 April 2009

CONTRENG

Heri Setiaji
Batang, 04-04-2009

Mantapkan hati,
ringankan langkah.

Lihat secara teliti,
contreng dengan basmalah.

Terima apa yang akan terjadi,
jadikan semua anugerah.

Keburukan yang tak diingini,
ujian dari Allah.

Kebaikan yang didapati,
juga ujian dari Allah.

Kenapa mesti GOLPUT?

Banyak Partai membingungkan?
Bukankah makin banyak pilihan, makin banyak peluang yang sesuai dengan harapan kita।

Atau ....
Kalau bingung pilih aja diantara tiga partai lama, anggap partai baru pengkhianat, he he। (sebaiknya tidak disarankan kecuali terpaksa)

Pilih calon langsung, tidak ada yang dikenal?
Bukankah makin mudah mengenal calon wakil kita

Atau....
Pilih saja gambar partai, boleh kok। Biar partai tentukan arah suara kita।
Bingung, tanya ma orang tua –dukun kali ya-, pak RT atau pak Yai।
Masih bingung juga, ikuti aja pilihan mereka।
(sebaiknya tidak disarankan kecuali terpaksa)

Memilih-kan Hak bukan Kewajiban?
Jangan sok pintar kalo kurang belajar Pendidikan Kewarganegaraan.
Memilih itu hak sekaligus kewajiban –seperti bela negara.

Hak karena tidak bisa dihalangi oleh siapapun –kalau memenuhi syarat- dan tidak
ada paksaan –atas pilihan kita, bebas।

Kewajiban karena kesuksesannya diperlukan peran serta kita –seandainya lebih banyak yang golput, terus diulang, berapa banyak biaya yang diperlukan, mending buat nambah BLT saja।Kewajiban juga menerima semua hasilnya meskipun tidak sesuai harapan kita. –ini bukan hak.

Bagaimana kalau nekad tetap GOLPUT?
Namanya juga nekad, berarti sudah tidak memakai pertimbangan.

Mungkin sok pintar; sok suci, bersih; sombong atau tidak percaya diri.
Kalau merasa lebih pinter, lebih bersih, atau lebih mampu kenapa tidak mencalonkan diri saja.
Atau tidak percaya diri: @1. tidak mampu menyeleksi/ memilih, @2. menganggap sistemnya yang rusak –sebaik apapun tokoh kalau masuk politik akan terbawa arus.
@1. kembali ke pasal 1 dan 2
@2. kenapa tidak ikut menambah daftar orang baik yang ingin merubah sistem. –sudah ada tuh temennya.

Tunaikan kewajiban kita dan ambillah hak kita agar jadi manusia Indonesia sejati, berbakti pada ibu pertiwi। Pejuang kita angkat senjata korbankan nyawa dengan pandangan positif, kita juga bisa pegang pena, contreng dengan benar sebagai tindakan positif meneruskan perjuangan mereka। Soal hasil, apa yang pejuang pikirkan? Satu orang tidaklah akan berarti untuk kemerdekaan tetapi jika semua orang tidak ada yang berjuang maka tidak akan pernah tercapai kemerdekaan। Artinya semakin banyak(kuantitas) yang terlibat akan lebih baik, tentunya sambil jalan kita tingkatkan kualitas dengan kesadaran berbangsa dan bernegara। Amien
SUKSES PEMILU LEGISLATIF 9 April 2009

ANTARA KITA

Heri Setiaji
Jogja, 01-04-2009

ANTARA KITA

Kini hidup dalam dunia masing-masing

namun SMU N 1 Batang tetap bagian dari hidupku,
sejarah dan impian masa depanku.

Sejenak aku tiada bersamamu,
tapi semangat dan citaku masih seperti yang dulu.

SMU bukan hanya mengantar kejenjang pendidikan yang lebih tinggi,
melainkan juga bekal untuk mengabdi.

Jalan yang ditempuh berlainan sebagai pilihan pribadi
dan tujuan sama yang tak bisa dipungkiri,
ridha Illahi, sejahtera di dunia nanti.